Persembahan Teater "Jeng Minul " oleh Anak2 SMK Prajnaparamita dalam Pekan Seni dan Budaya se kota Malang.. Semangat PVS... Pentas Jeng Menul aslinya adalah komedi Mataram (Jogja-Solo) kemudian kami adaptasi menjadi komedi Jawa Timuran (Ludruk). Pentas ini kemudian ditampilkan kembali di sekolah seusai Upacara Bendera.
Drama karya Puthut Buchori yang berjudul “Lakon Jeng Menul”. Tema yang diusung oleh naskah drama ini adalah sosial tapi dikemas secara ringan dan berbau parodi rakyat jelata. Naskah drama ini menceritakan tentang kehidupan sebuah masyarakat yang terganggu akibat adanya penjual bubur baru bernama Jeng Menul. Jeng Menul menimbulkan gangguan dikarenakan para suami dan laki-laki di lingkungan sekitar tempat ia berjualan banyak yang tertarik terhadapnya dan itu membuat para istri khawatir.
Dalam suasana ketegangan tersebut ada yang memanfaatkan keadaan itu dengan cara menghasut para istri untuk mengusir Jeng Menul dari lingkungan itu, yang menghasut tidak lain adalah Mas Romo tukang bubur lain yang iri dengan kesuksesan Jeng Menul. Setelah Mas Romo pergi para istri mulai sadar bahwa mereka dimanfaatkan oleh Mas Romo agar dagangan buburnya laku.
Atas usul Mbah Angin-Anginan untuk memecahkan masalah tersebut lebih baik dilakukan musyawarah saja antara Jeng Menul, para suami, para istri di rumah Denmas Lemuduso. Waktu para istri beserta Jeng Menul sampai rumah Denmas Lemuduso ternyata disana sudah ada para suami yang sedang membicarakan Jeng Menul dengan Denmas Lemuduso. Akhirnya masalah selesai dengan damai Jeng Menul menjelaskan bahwa ia hanya berusaha mencari nafkah untuk ibu dan adik-adiknya tidak bermaksud menggoda lelaki manapun. Yu Giyat mengusulkan bahwa harusnya semua menyadari kesalahan masing-masing dan mencoba memperbaiki diri sendiri.
“Lakon Jeng Menul”, judul ini menggambarkan inti permasalahan dalam naskah drama yaitu Jeng Menul sebgai tokoh utama. Naskah drama yang berjudul “Lakon Jeng Menul” karya Puthut Buchori bertema permasalahan yang dialami manusia dalam bertetangga. Dalam sebuah permasalahan hendaklah manusia mengintrospeksi dirinya terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain. Membicarakan alur, alur yang digunakan adalah alur maju yang ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang berjalan maju, diawali dengan peristiwa perang mulut yang membahas tentang Jeng Menul antara suami istri di pagi hari, dilanjutkan para suami yang sedang makan bubur di tempat Jeng Menul, lalu ada para istri yang bergosip tentang Jeng Menul, pertemuan para istri dengan Mbah Angin-anginan, dan diakhiri dengan permusyawarahan di rumah Denmas Lemuduso.
Plot yang digunakan Puthut Buchori juga jelas. Dimulai dari eksposisi (perkenalan) yang ditandai dengan monolog oleh Jeng Menul, sebagai berikut. “Perkenalkan, nama saya Rumenul Setyo Kinasih. Usia dua puluh satu tahun. Pekerjaan, penjual Bubur asyoi. Enak lho. “ Selanjutnya tahap mulai munculnya konflik, ditandai dengan dialog suami istri menceritakan tentang suami yang ingin membeli buburnya jeng Menul.
Tidak ada komentar: