Usianya baru 17 tahun. Tapi Adira Wahyuningtyas sudah mampu membuat rumah belajar untuk membantu anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Saat ini, rumah belajar yang diberi nama Star Home itu memiliki 80 anak didik.
Rumah Belajar Star Home menempati dua ruangan di Balai Desa Langlang, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Satu ruangan diperuntukkan bagi anak didik yang pendidikan formalnya setingkat sekolah dasar (SD). Sementara satu ruangan lagi untuk siswa-siswi SMP.
Konsep Rumah Belajar Star Home tentu saja berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Di sini, siswa-siswi dalam satu kegiatan belajar mengajar tidak hanya diajar satu guru saja. Namun, ada 20 guru atau mentor yang mendampingi mereka.
Para mentor itu kebanyakan adalah pemuda-pemudi warga Desa Langlang. Ada yang masih berstatus pelajar SMA/SMK, ada pula yang sudah ber-title (bergelar) sarjana. Mereka memberikan materi pelajaran umum hingga seni tari.
Konsep rumah belajar seperti ini, umumnya diinisiasi orang dewasa. Minimal oleh mereka yang berstatus sebagai mahasiswa perguruan tinggi.
Tapi, Rumah Belajar Star Home dirintis Adira Wahyuningtyas, yang saat ini tercatat sebagai siswi kelas XI SMK Prajnaparamita. Ketika dirintis pada 2015 lalu, Adira masih berstatus sebagai pelajar SMP Islam Al-Ma’arif.
Lalu, dari mana Adira punya ide mendirikan rumah belajar itu? Semua berawal dari keprihatinan Adira melihat Alan, tetangganya, yang sudah tiga kali tidak naik kelas. Pada 2015 lalu, Alan masih duduk di bangku kelas II SD.
Adira melihat, Alan merupakan tipikal anak yang tidak suka membaca dan menghitung. Namun, di sisi lain, Alan ternyata punya bakat di mata pelajaran Matematika.
Karena itu, Adira berusaha untuk memaksimalkan potensi Alan sekaligus menambal kekurangannya. ”Saya mencoba dengan cara seperti ini. Misal hitungan 8+8=16, dia (Alan) saya minta menuliskannya tidak dengan angka, tapi melalui huruf,” ujar gadis 17 tahun ini.
Cara itu terbukti berhasil. Alan yang sebelumnya tidak naik kelas hingga tiga kali, akhirnya bisa melanjutkan pendidikannya ke kelas III SD. Hasil itu cukup menggembirakan, tapi juga sedikit mengejutkan bagi Adira. Sebab, dia mengaku tak punya pengalaman apa pun mengajari orang lain. ”Jadi, saat mengajari Alan, saya pakai metode sekenanya saja. Terpenting, Alan harus bisa,” ujar gadis kelahiran 5 Oktober 1999 tersebut.
Tapi, apa pun itu, Adira berhasil mendidik Alan. Prestasi ini mengundang atensi masyarakat sekitar. Sebab, waktu itu, Alan memang terkenal karena sudah tiga kali tidak naik kelas.
Sejak saat itulah, makin banyak orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar kepada Adira. Meski waktu itu, kegiatan belajar mengajar hanya dilakukan di rumah milik orang tua Adira di Jalan Kali Serek, RT 11 RW 1, Desa Langlang.
Awalnya, kegiatan belajar diikuti 27 siswa saja. Tapi lambat laun, jumlahnya makin bertambah. Saat ini, ada sekitar 80 anak yang belajar di Rumah Belajar Star Home. Star di sini adalah kependekan dari Smart Talent Art Relation. ”Banyak sekali adik-adik yang ingin ikut belajar bareng, bahkan ada yang dari luar desa ini juga,” ujar dia.
Tentu saja, dengan jumlah siswa yang makin banyak, Adira tak bisa bekerja sendirian. Dia juga mengajak teman-temannya untuk menjadi volunteer (relawan) di rumah belajarnya.
Mereka bisa disebut sebagai volunteer karena memang para pengajar itu tidak dibayar. Bagaimana bisa membayar pengajar, lha wong rumah belajar itu tidak memungut uang atau iuran dari orang tua siswa. ”Tujuan kami hanya ingin mengabdi saja,” kata dia.
Semangat Adira dan rekan-rekannya untuk membesarkan Rumah Belajar Star Home akhirnya mendapatkan perhatian dari pemerintah desa setempat. Sejak 21 Oktober 2016, Star Home bisa menggunakan ruang balai desa untuk kegiatan belajar.
Meski sudah dibantu 20 pengajar, Adira hampir tidak pernah absen menyambangi Rumah Belajar Star Home. Baginya, dia merasa masih punya tanggung jawab pada Star Home.
Konsekuensinya, waktu istirahat Adira jadi semakin pendek. Sebab, setiap hari, mulai pukul 06.00–14.30, dia harus belajar di SMK Prajnaparamita.
Sepulang sekolah, Adira biasanya langsung mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Lalu, mulai pukul 17.00–20.00, dia mesti mencurahkan konsentrasinya untuk Rumah Belajar Star Home.
Kelihatannya cukup melelahkan. Tapi, Adira mengaku enjoy menjalani rutinitasnya itu. Terutama saat bertemu dengan anak-anak Rumah Belajar Star Home. ”Rumah belajar ini menjadi penyemangat saya untuk lebih giat belajar,” ujar Adira.
Tidak ada komentar: